Harga Turun
Kelihatannya sih kata di atas adalah momok bagi para trader. Terutama di pasar yang satu arah — hanya bisa buy, tidak bisa short. Contohnya seperti dalam Bursa Saham Indonesia (BEI).
Ya, di BEI para trader hanya bisa untung ketika harga naik. Jadi, otomatis kalo harga turun pasti rugi donk? Benar berarti bahwa harga turun hanyalah sebagai momok saja?
Ternyata tidak sehitam-putih itu. Tidak sesederhana kalo harga turun berarti jelek. Harga naik berarti bagus. Semua masih tergantung konteks dan posisi si trader.
Pada dasarnya bagi para trader, harga turun itu bisa jelek dan bisa bagus.
Jelek karena tentu saja, ketika masih punya posisi maka modal akan tergerus. Untung akan semakin menipis hingga akhirnya bila terus turun, akan merugi.
Bagus karena tentu saja, ketika sudah tidak punya posisi maka kesempatan untuk membeli di harga murah. Hingga ketika nanti akhirnya bergerak naik (dan pasti akan bergerak naik jika saham bagus) maka untungnya maksimal.
Nah, jelas sudah bahawa mengapa harga turun itu tidak selalu jelek bagi trader bukan?
Dan jikapun masih punya posisi ketika harga turun bukan berarti kiamat. Asal bisa melakukan cut loss dengan tepat maka pada akhirnya akan untung juga ketika berhasil membeli kembali saham pada harga rendah — tentu untungnya saat harga saham naik kembali.