Dapat dikatakan hampir semua trader pernah mengalami krisis — krisis atas kepercayaan terhadap sistem trading.
Jika dijabarkan lagi, menjadi tidak percaya terhadap gaya trading atau sistem trading yang selama ini digunakan. Biasanya diakibatkan oleh kerugian yang sering atau bahkan berturut-turut dalam jangka waktu yang cukup panjang.
Sebuah kondisi yang wajar sih. Ketika lebih banyak ruginya daripada untungnya, pasti akan kembali mempertanyakan apa yang salah? Selanjutnya akan menganggap memang sistem trading sudah tidak dapat dipercaya lagi.
Sebuah hal yang manusiawi. Tapi merupakan hal yang fatal bagi trader. Jika sudah tidak percaya pada sistem trading maka tidak ada gunanya lagi trading. Pilihannya pensiun atau tetap trading untuk menghabiskan modal. Wong pasti rugi toh.
Ya, saya memang sedang krisis kepercayaan tapi tetap mau trading dan untung. Bagaimana donk?
Untungnya ada solusinya. Kita harus dapat membuat sistem trading dapat dipercaya lagi.
Untuk hal ini kita harus menganalisa dan menemukan mengapa sistem trading kita memberikan hasil tidak seperti yang diharapkan. Mengapa sistem trading kita malah menyebabkan kita sering salah posisi.
Proses menganalisa ini bisa jadi perjalanan yang melelahkan karena tidak bisa sekali analisa saja langsung ketemu jawabannya. Kita harus berungkali menguji hipotesis kita dalam trading langsung.
Nah, ketika akhirnya menemukan jawabannya, maka kita dapat menyesuaikan agar sistem trading kita kembali dapat memberi untung. Entah dengan menggantikannya sama sekali atau cukup memodifikasinya.
Sebagai contoh, Sekolah Saham pernah mengalami kerugian yang cukup sering padahal sudah mengikuti sistem trading dengan disiplin. Padahal setahun sebelumnnya hasilnya untung-untung saja.
Alih-alih menyerah dan menganggap sudah tidak cocok trading. Sekolah Saham mulai menganalisa mengapa setelah untung setahunan kok belakangan (dengan sistem yang sama) sering rugi.
Berusaha menemukan apa yang beda. Sistem trading sama dan disiplinnya pun sama (jika tidak dikatakan lebih). Lantas curiga, apa inputnya yang dah beda ya? Makanya outputnya bisa beda.
Dan ternyata benar, inputnya memang beda. Setahunan ternyata pasar memang sedang dalam tren naik. Sedangkan pada saat rugi tersebut, pasar sedang dalam tren mendatar.
Aha, ternyata itu masalahnya. Ternyata sistem trading tidak cocok digunakan dalam tren mendatar. Selama ini menganggap hanya tidak trading dalam tren turun (Bearish).
Dan telah diantisipasi dengan menyertakan algoritma untuk mendeteksi tren turun dalam sistem trading. Tapi tidak untuk mendeteksi tren mentatar karena memang menganggap sistem masih cocok untuk hal ini. Tapi ternyata tidak.
Maka solusinya adalah hanya trading ketik tren naik (Bullish) saja. Dan perlu menambahkan satu step lagi dalam sistem trading untuk mendeteksi tren mendatar.
Begitulah proses yang dilakukan Sekolah Saham untuk mengatasi krisis kepercayaan terhadap sistem trading. Semoga dapat lebih dimengerti dan bermanfaat sebagai referensi ketika mengalami hal yang sama atau mirip.