Saham murahan merujuk pada saham yang harga realnya murah tapi secara fundamental sebenarnya mahal. Ini karena fundamentalnya sangat jelek — dan terus semakin jelek.
Para pemula biasanya sangat tertarik pada saham jenis ini. Ini karena dengan modal sedikit sudah bisa dibeli. Apalagi biasanya menjanjikan potensi keuntungan puluhan %, ratusan %, bahkan bisa lebih.
Potensi keuntungan inilah yang membuat para pemula berbondong-bondong melakukan trading pada saham murahan ini. Dan biasanya saham jenis ini pula yang membuat para pemula menjadi bangkrut dan akhirnya kapok bermain saham.
Ini karena selain potensi keuntungan yang menggiurkan, saham murahan ini juga menawarkan potensi kerugian yang sangat besar — bahkan dapat dikatakan tidak terbatas.
Nah, ini yang sering dilupakan oleh para pemula. Mereka hanya membaca potensi keuntungannya saja. Tidak aware akan potensi kerugian yang juga menyertainya.
Hanya membayangkan berapa puluh atau ratus % akan untung dan dengan percaya diri menghabiskan semua modal pada saham tersebut. Dan, Bam! Ternyata bukannya naik saham tersebut malah turun terus. Dalam sekejap rugi hampir 100%.
Dan ngerinya lagi, bisanya para pemula tersebut tidak terima. Tetap berkeyakinan suatu saat saham tersebut akan naik. Lantas terus menerus menyuntikkan modal.
Alih-alih naik, harga saham terus turun — karena memang fundamentalnya sejak awal jelek, dan terus semakin jelek — hingga akhirnya menyentuh harga terendah dan tidak ada lagi yang mau membeli saham tersebut.
Hilanglah semua modal yang terus semakin besar di saham tersebut. Apalagi suatu saat, saham tersebut di-delisting secara paksa. Benar-benar hilang semua modal tersebut.
Jadi, memang benar nasehat para guru saham agar kita seharusnya menghindari saham murahan. Karena resikonya memang besar. Bahkan dapat dikatakan sangat besar hingga (sebenarnya) tidak sebanding dengan potensi keuntungan yang ditawarkan.