Trading itu sebenarnya mirip sama kegiatan emak-emak yang belanja di pasar. Coba deh perhatikan. Biasanya nawarnya pada sadis-sadis. Bisa sampai setengah harga. Setidaknya itu pengalaman Sekolah Saham ketika menemani emak ke pasar.
Nah, ini yang agak mirip gaya beberapa trader melakukan trading. Mungkin karena kepengaruh cara emak belanja ya. Jadi,Trader ini kalo punya saham yang layak dibeli, biasanya nawarnya sadis.
Seringnya, nawar di harga support yang (biasanya) sudah jauh ditinggalkan ketika sinyal beli keluar. Makanya keranjang saham jarang penuh. Ya, seringnya belanjaan tidak dapat.
Ya, resikonya memang demikian cara belanja saham seperti ini. Pada saat pasar sedang optimis seringnya tawaran yang diajukan tidak digubris.
Namun, untungnya, ketika pasar sedang pesimis, tawaran seringnya kena. Bahkan nawar lebih sadis lagi juga peluang kena cukup besar. Inilah mengapa penurunan menjadi berkah tersembunya.
Ya, penurunan (tepatnya pesimisme sih) adalah berkah bagi trader ini. Dalam fase penurunan inilah, bisa belanja sepuas-puasnya. Tawaran sadis biasanya selalu berhasil dalam situasi ini..
Maka biasanya, ketika orang-orang sibuk melepas saham. Trader ini malah sibuk belanja. Sudah mendekati gaya contrarian sih. Belanja ketika orang pesimis. Jualan ketika orang optimis.
Bagi trader tipe nawar sadis ini, penurunan adalah berkah.