Sebagai trader saham tentu kita sudah sering melakukan analisa terhadap saham-saham yang kita tradingkan. Bahkan tidak menutup kemungkinan, kita juga sering melakukan analisa lebih luas dari sekedar menganalisa saham. Kita menganalisa sektor bahkan sampai keseluruhan pasar yang berkaitan misalnya kondisi Bursa Saham Indonesia (BEI) dan bursa-bursa lainnya di seluruh dunia yang kita anggap dapat mempengaruhi.
Berdasarkan fakta tersebut dapatlah kita ini mengklaim (atau diklaim) sebagai seorang analis saham. Fakta itu benar dan saya tidak menolaknya. Hanya saja, trader saham bukanlah hanya sebatas analis saja. Bagi analis, tidak perlu melakukan hal lain selain menganalisa saja. Lain dengan trader saham. Masih banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus dilakukan selain menganalisa – baik sebelum atau setelah menganalisa pergerakan sebuah saham.
Sebelum menganalisa. Para trader harus terlebih dahulu menentukan tujuan tradingnya. Misalnya jangka waktu trading, target keuntungan yang diinginkan, resiko yang bisa ditanggung, dll. Pastinya sih trader harus telah merencanakan dengan detail apa yang ingin dicapai sebelum menganalisa saham. Berdasarkan rencana tersebutlah baru dipilih saham-saham yang akan dianalisa pergerakannya untuk mencari tahu waktu yang tepat untuk membeli (atau menjual).
Tentu beda jika hanya analis saja bukan? Para analis akan tanpa beban memilih saham-saham yang akan dianalisa. Biasanya akan dipilih saham-saham yang sedang popular bukan saham-saham yang dapat memberikan keuntungan maksimal atau saham-saham dengan resiko yang kecil. Sudah kelihatan bedanya antara analis dengan trader bukan? Contoh yang kita ambil baru pekerjaan rumah sebelum melakukan analisa saham. Belum setelahnya.
Setelah melakukan analisa saham, pekerjaan para trader belum selesai. Dilain sisi, pekerjaan para analis sudah selesai setelah mereka melakukan analisa. Bagi para trader sahm, pekerjaan rumah (PR) setelah melakukan analisa tidak kalah pentingnya dari pekerjaan yang dilakukan sebelum melakukan analisa – jika tidak mau dikatakan lebih penting. Trader saham harus melakukan keputusan untuk membeli atau menjual saham berdasarkan hasil analisa tersebut.
Memutuskan apakah bertindak untuk menjual atau membeli saham yang telah dianalisa. Memutuskan apakah saham tersebut dapat memenuhi kriteria dari rencana yang telah disususun sebelum melakukan analisa. Setelah memutuskanpun , pekerjaan rumah para trader belum selesai. Mereka harus terus memonitoring saham-saham yang telah dibeli apakah harus dijual, disimpan, atau bahkan harus ditambah. Jelas sangat berbeda dengan para analis bukan?