Kemarin, saya membaca sebuah artikel di salah satu media online. Artikel tersebut membahas tentang bisnis saham – lebih tepatnya mengajak untuk berbisnis saham. Artikelnya sih biasa saja. Yang menarik adalah komentar-komentar di artikel tersebut. Banyak komentar yang kontra. Secara garis besar banyak komentar yang memandang bahwa saham itu bukanlah sebuah bisnis, melakinkan hanya permainan uang (money game) saja.
Bahkan lebih parah lagi, saham itu dipandang sebagai judi. Mereka berpandangan bahwa bursa saham adalah tempat dimana para penjudi memasang taruhannya secara legal. Dengan banyaknya pandangan seperti ini, tidak heran jika bursa saham Indonesia (BEI) menjadi ketinggalan jauh dari negara-negara lain. Bahkan dengan negara tetangga di lingkungan ASEAN. Sebenarnya sih, jika pandangan tersebut benar, ya tidak apa-apa juga.
Namun, pada kenyataannya, berdasarkan pengalaman saya selama ini di bursa saham, pandangan tersebut adalah keliru. Sangat disayangkan bahwa bursa saham kita harus menderita sebagai akibat beredarnya pandangan keliru tersebut dalam masyarakat. Jelas bahwa Saham itu adalah netral sama seperti produk-produk bisnis lainnya. Yang membuat dia menjadi sebuah bisnis atau judi adalah karena faktor manusianya.
Anggaplah saham itu judi karena faktor spekulasinya. Lah, kalo anda misalnya memutuskan untuk menanam padi tanpa tahu sama sekali ilmu yang berkaitan, bukankah itu sebuah tindakan spekulasi juga? Nah, tentu jika memang serius menanam padi, anda akan berusaha memahami semua hal yang berkaitan lebih dahulu. Anda bahkan mungkin akan mencari mentor yang dapat mengajarkan cara baik dan benar untuk menanam padi.
Begitu jugalah dengan saham. Unsur spekulasinya menjadi besar ketika anda terjun tanpa bekal apa-apa. Anda tidak berusaha untuk memahaminya terlebih dahulu sebelum bertransaksi di bursa saham. Tidak heran jika pada akhirnya semua modal anda akan habis. Wong, anda memang sedang berjudi dengan nasib. Anda telah berspekulasi. Dengan memahami hal ini, maka sudah jelas apakah saham itu adalah sebuah bisnis atau spekulasi bukan?
Mari kita ambil contoh lain lagi. Contoh yang lebih bonafid. Misalnya anda hendak membuka sebuah perusahaan eksport-import. Tentu anda tidak akan asal buka saja. Tentu semua hal yang berkaitan telah dipelajari dan yakin bahwa semuanya dapat ditangani. Juga yakin bahwa semua usaha yang dikeluarkan akan memperoleh hasil sepadan. Nah, jika ternyata hasilnya tidak sesuai dengan harapan (bahkan merugi).Apakah lantas anda menyebut membuka perusahaan eksport-import adalah judi?
Jika begitu, semua hal di dunia ini adalah judi. Bahkan hidup kita sendiri adalah sebuah perjudian. Kan tidak begitu juga? Nah, begitulah saham. Anda telah bekerja keras untuk mempelajari ilmunya. Anda selalu menggunakan ilmu tersebut dalam setiap transaksi. Namun, ternyata masih merugi juga. Lantas, apakah berarti saham itu adalah sebuah judi? Kan bukan juga. Kerugian tersebut bisa disebabkan oleh banyak hal. Kita bisa mempelajarinya.
Misalnya, ternyata profil resiko anda memang ternyata tidak cocok dengan bisnis saham. Sama seperti ketika membuka perusahaan eksport-import tersebut. Ternyata memang kitanya tidak cocok berkecimpung dalam bisnis tersebut. Setelah menyadarinya, kita akan mencoba bisnis yang lain lagi. Yang sekiranya lebih cocok dengan kita dan kondisi yang ada. Begitu juga dengan saham. Kita dapat mencari saham yang lebih cocok atau bahkan sekalian beralih ke bisnis di luar saham.
Jadi, jika belum benar-benar memahami sesuatu itu secara menyeluruh, termasuk saham, maka janganlah menyalahkan sesuatu itu. Bisa jadi, itu semua ternyata karena kitanya sendiri. Kan sayang, jika bursa saham kita harus menderita karena pandangan-pandangan keliru tersebut. Lebih sayang lagi, banyak orang Indonesia yang akan kehilangan kesempatan untuk turut serta menikmati keuntungan dari perusahaan-perusahaan yang ber-operasi di Indonesia.