Pasar Saham (Bursa Efek) adalah sebuah arena dimana para pebisnis saham “berperang” satu sama lain untuk akhirnya menghasilkan keuntungan. “Peperangan” ini pada akhirnya menghasilkan beberapa resiko (baik resiko langsung maupun tidak langsung) yang dikenal dengan resiko bisnis saham. Mengenali resiko-resiko ini sangat penting bagi para treader agar dapat mempersiapkan diri untuk menghasilkan solusi ketika resiko-resiko tersebut muncul dalam proses trading saham.
Dapat dikatakan bahwa resiko-resiko tersebut adalah batu sandungan besar untuk setiap bisnis saham dan perlu ditangani segera setelah resiko-resiko tersebut terjadi. Resiko-resiko ini bisa membangkrutkan bisnis saham kita jika tidak dikenali dan ditangani dengan benar. Hal inilah yang menyebabkan mengapa pengelolaan (manajemen) resiko menjadi sangat penting dalam bisnis saham. Tapi, tentu saja, sebelum mengelola resiko, kita harus mengenal dulu resiko tersebut.
Oleh sebab itu, melalui artikel ini, mari mengenal 7 jenis resiko yang mungkin muncul dalam perjalanan kita mengelola bisnis saham. Diharapkan setelah mengenal 7 jenis resiko ini, kita pada akhirnya mempunyai kemampuan untuk mengelolanya dengan benar.
Resiko Negara
Kondisi terkini suatu negara berhubungan erat dengan pasar saham (bursa efek). Sangat kasat mata bahwa tidak ada orang yang mau menginvestasikan uangnya pada negara yang sedang dalam peperangan. Resiko ini berhubungan dengan kepastian dan keamanan. Selain itu, tentu tidak ada investor yang tertarik ber-investasi jika pertumbuhan ekonomi negara tersebut negatif. Pertumbuhan negatif menyebabkan tidak bisa diharapkan untuk memperoleh untung dari investasi yang dilakukan.
Dengan demikian, kita sebagai pe-bisnis saham harus selalu mengetahui kondisi negara tempat kita berbisnis – kita harus mengetahui tingkat resiko negara tersebut. Pada gilirannya kita mengetahui tingkat kepastian dan keamanan akan bisnis saham kita. Selain itu, kita juga jadi mengetahui tingkat keuntungan yang bisa kita harapkan dari bisnis saham di negara tersebut. Jangan sampai semua uang yang kita tanamkan akhirnya hilang karena kondisi negara yang buruk.
Resiko Nilai Tukar
Resiko nilai tukar terkait dengan nilai tukar mata uang antar negara. Seperti yang (mungkin) sudah diketahui, nilai tukar mata uang antar negara berubah dari waktu ke waktu yang merupakan akibat dari mekanisme pasar. Perubahan nilai tukar ini pada gilirannya menjadi faktor resiko bagi bisnis saham. Perusahaan-perusahaan dengan utang luar negri yang besar dapat mengalami kesulitan jika terjadi perubahan nilai tukar yang sangat drastis.
Sejarah telah banyak mencatat bahwa banyak perusahaan yang bangkrut akibat penurunan nilai mata uang yang sangat drastis. Mereka bangkrut karna penghasilan perusahaan tidak mencukupi lagi untuk membayar hutang yang membengkak akibat penurunan mata uang. Nah, jika perusahaan bangkrut, maka otomatis nilai sahamnya menjadi nol. Inilah resiko yang ditanggung pebisnis saham dari perubahan nilai tukar.
Resiko Bisnis
Adalah alami bahwa setiap perusahaan melakukan bisnis untuk memperoleh keuntungan. Sudah tentu tidak ada perusahaan yang melakukan bisnis untuk merugi. Tapi, walaupun begitu, tetap saja ada beberapa resiko ketika melakukan bisnis seperti resiko bahan baku, resiko produksi, resiko permintaan, dll. Resiko-resiko ini dikenal dengan resiko bisnis yang dapat menyebabkan kerugian yang besar bagi perusahaan.
Oleh karena itu, ketika melakukan bisnis saham, kita harus menyadari apakah suatu perusahaan itu mempunyai tingkat resiko bisnis tinggi atau tidak. Dan juga kita harus mengetahui bagaimana perusahaan tersebut mengelola resiko bisnis tersebut. Hal ini tentu saja sangat berhubungan dengan bisnis saham kita. Jika keuntungan perusahaan berkurang karena resiko bisnis, maka tentu saja nilai sahamnnya juga akan menurun.
Resiko Keuangan
Untuk jaman sekarang ini, sudah jamak jika perusahaan memanfaatkan instrumen-instrumen keuanganan (seperti obligasi, saham, waran, pinjaman, dll) sebagai sumber modal untuk melakukan bisnis. Tetapi ada resiko baru disini. Resiko ini dikenal sebagai resiko keuangan. Sebagai contoh, jika perusahaan menggunakan modal hasil pinjaman dari bank, maka bunga pinjaman tersebut menjadi sebuah faktor resiko.
Jika sebuah kondisi ekonomi terjadi yang memaksa bunga pinjaman menjadi sangat tinggi, maka bisa jadi seluruh keuntungan perusahaan hanya dipakai untuk membayar utang saja. Perusahaan menjadi tidak bisa berkemabang. Atau malah perusahaan tersebut bisa jadi bangkrut karena tidak sanggung membayar utang dengan bunga tinggi tersebut. Pada gilirannya nilai saham akan turun menuju nol. Oleh sebab itu kita harus mengenali tingkat resiko keuangan perusahaan sebelum membeli sahammnya.
Resiko Pasar
Resiko pasar mengacu pada elastisistas nilai saham terhadap pergerakan pasar. Pergerakan pasar yang dimaksud adalah pergerakan indeks pasar saham. Mengetahui resiko pasar berarti kita mengetahui mana saham yang mengikuti gerakan indeks, mana saham yang bertumbuh lebih besar dibanding indeks, mana yang tumbuh lebih lambat dibanding indeks, dan mana yang bergerak negatif terhadap indeks.
Tolong dicatat bahwa sudah jamak saham dengan pertumbuhan lebih tinggi dari indeks berarti penurunannya juga akan lebih tinggi ketika pasar dalam keadaan trend turun (down trend). Ini berarti resiko pasar saham tersebut berada di tingkat yang lebih tinggi. Resiko pasar ini biasanya di representasikan dengan kode beta (β). Dengan mengetahui resiko pasar maka kita dapat memilih dengan tepat saham mana yang layak dibeli dalam kondisi pasar yang berbeda-beda.
Resiko Likuiditas
Resiko likuiditas adalah sebuah resiko bahwa kita tidak dapat menjual saham pada harga terkininya ketika dibutuhkan. Hal ini karena tidak ada pembeli yang berminat. Resiko ini berkaitan dengan kapitalisasi dan jumlah transkasi. Semakin rendah kapitalisasi dan jumlah transaksi berarti semakin tinggi tingkat resiko likuiditas saham tersebut. Untuk lebih mengerti bagaimana resiko ini mempengaruhi bisnis saham kita, mari kita lihat contoh berikut.
Suatu waktu kita butuh uang dan ingin menjual saham untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kita ingin menjual saham sebanyak 200 lot di harga terkninya. Tetapi karena likuiditas yang rendah, untuk harga tersebut, hanya 10 lot yang berhasil terjual. Ini berarti kita harus menurunkan harga agar saham tersebut bisa laku terjual seluruhnya. Pada kasus ekstrim, saham tersebut malah bisa tidak laku sama sekali karena benar-benar tidak ada pembeli yang berminat sama sekali.
Oleh karena itu, kita harus selalu mengecek tingkat resiko likuiditas dari saham sebelum membelinya sehingga terhindar daring kemungkinan kerugian yang terpaksa ketika hendak menjual saham tersebut.
Resiko Emosi
Resiko emosi adalah jenis resiko yang terakhir tapi bukan berarti tidak penting. Bahkan berdasarkan pengalaman, resiko emosi adalah resiko terbesar dalam berbisnis saham. Ini karena resiko emosi ini berkaitan dengan diri kita sendiri. Sudah jamak kalo musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri. Dalam sejarah bisnis saham, rata-rata orang mengalami kerugian karena keserakahan, ketakutan, arogansi, kemarahan, dan jenis emosi lainnya.
Oleh sebab itu maka kita harus mengenal diri kita sendiri dan mampu mengelola setiap emosi kita dengan benar sebelum berbisnis saham. Setidaknya kita harus mengenal emosi kita, jadi ketika, misalnya, kita tahu bahwa kita sedang marah, sebaiknya kita menghindar dulu dari pasar saham sampai amarah kita hilang.
[…] Kata bijak Sun Tzu di atas sangat terkenal. Setahu saya, kata-kata inilah yang paling sering dikutip dibandingkan dengan kata bijak Sun Tzu lainnya. Kata-kata ini dapat diterapkan di berbagai bidang namun paling sering kita dengar dalam dunia bisnis. Itu mungkin karena bisnis adalah medan peperangan untuk jaman modern ini. Menurut pengalaman saya, kata bijak dari Sun Tzu ini sangat tepat menjadi pedoman kita dalam berbisnis saham. […]