Hem… isu memang tidak ada habis-habisnya. Sebelumnnya Bursa Saham Indonesia (BEI) gonjang-ganjing akibat isu tapering stimulus di US sono. Bahkan pengaruhnya bukan cuma kepada bursa saham tapi juga merembet ke pasar keuangan Indonesia. Pemerintah dan Bank Indonesia sampai dipaksa untuk mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi efek negatif dari isu tersebut. Eh … akhirnya malah isunya tidak terbukti.
Indonesia kadung gonjang-ganjing, si Bernanke dengan enaknya bilang bahwa ucapannya disalah-artikan. Dagelan banget bukan? Dan sekarang, isu dari negeri Paman Sam kembali menghangat. Kali ini berkaitan dengan Debt Ceiling yang dalam bahasa Indonesia adalah batas utang Negara. Seperti yang mungkin sudah anda ketahui, pemerintahan Obama berkehendak untuk meningkatkan batas ini agar dapat memperoleh dana segar dari utang.
Beritanya, pagu utang Amerika Serikat sudah mentok sementara keuangan sudah menipis – perlu ditambah lagi. Satu-satunya cara yang cepat dan mudah adalah berhutang. Namun ini tidak dimungkinkan jika batas utang tersebut tidak dinaikkan terlebih dahulu. Jika secara ekonomi sih, tidak akan menjadi soal. Namun, ternyata kebijakaan ini harus diluluskan melalui kongres. Ini berarti politiklah yang terlibat.
Mulailah terjadi tawar-menawar antara partai Demokrat (sebagai pendukung pemerintah) dan partai Republik (sebagai oposisi). Inilah yang membuat gonjang-ganjing karena akan selalu keraguan. Keraguan apakah keputusan ini dapat diambil tepat waktu. Jika terlambat maka mau tidak mau, pemerintah US harus menutup sementara beberapa layanannya. Ini dikhawatirkan menimbulkan kerusakan secara ekonomi.
Tidak hanya pada perekonomian Amerika tapi juga akan merembet ke perekonomian dunia. Tidak heran jika indeks bursa saham di seluruh dunia mulai berguguran. Para investor mulai mengamankan dana mereka untuk mengantisipasi ketidakpastian yang terjadi. Ya, wajar sih tindakan tersebut. Namun, ada resikonya juga. Jika nanti ternyata keputusan Debt Ceiling disetujui tepat waktu, maka akan ada potensi keuntungan yang hilang.
Dan saya yakin, tidak mungkin para politisi itu tidak menyetujuinya. Mereka belum terlalu gila untuk mengorbankan kepentingan nasional di atas kepentingan pribadi. Mereka juga berkepentingan untuk menjaga perekonomian tetap pada jalannya. Dengan asumsi iniliah maka saya tidak terlalu terpengaruh pada isu Debt Ceiling ini. Saya tetap melakukan transaksi saham seperti biasa. Saya masih bullish.
Jika memang nanti asumsi saya tidak benar ya saya tinggal cut loss saja. Toh, tanpa isu Debt Ceiling inipun saya sudah punya level cutloss yang pasti akan saya eksekusi jika tersentuh. Saran saya sih, jangan terlalu terpengaruh pada isu Debt Ceiling ini. Tetaplah melakukan trading saham seperti biasanya. Percayakan saja semuanya pada sistem trading masing-masing. Toh, isu begini bukan sekali dua kali ada tapi tetap bursa saham terus saja berjalan seperti biasanya.