Belakangan ini, Indonesia sedang ketar-ketir akibat kenaikan nilai dollar. Gejala kepanikan mulai terdeteksi. Pemerintahpun berusaha keras agar gejala tersebut tidak benar-benar menjadi kenyataan. Presiden SBY sendiri akhirnya turun tangan untuk menenangkan pasar. Berbagai kebijakan dikeluarkan – baik yang jangka pendek maupun jangka panjang. Baru saja jurus moneter dikeluarkan, menaikkan suku bunga Bank Indonesia (BI) sebesar 50 basis poin menjadi 7%.
Sebenarnya mengapa kenaikan dollar begitu berpengaruh terhadap ekonomi kita ? Bukankah kita ini Negara yang besar dimana pasar dalam negri juga sangat besar? Seharusnya dengan potensi pasar dalam negri yang sedemikian besar kita dapat lebih mempunya daya tahan terhadap pengaruh luar seperti kenaikan nilai dollar. Walaupun tidak bisa meniadakan pengaruh dari luar sama sekali, setidaknya pengaruhnya menjadi sangat minimal sehingga kita dapat berkata:
Dollar Naik, So What Gitu Loh?!!!
Ternyata kita tidak bisa begitu. Ternyata, Dollar yang terus naik memberi pengaruh yang sangat besar pada perekonomian kita. Inflasi tergerek lebih tinggi karena harga barang-barang yang kita pakai sehari-hari ikut menyesuaikan terhadap kenaikan dollar tersebut. Sepertinya ada yang salah nih. Jika barang-barang tersebut murni berasal dari dalam negri seharusnya kenaikan Dollar tidak akan berpengaruh – walau berpengaruh, harusnya sangat kecil pengaruhnya.
Usut punya usut. Oalah, ternyata kebanyakan barang-barang tersebut adalah barang import. Jikapun tidak bulat-bulat diimport, ternyata bahan-bahan pembuat dan pengolahannya sebagian besar barang import. Bahkan barang-barang yang sangat remeh seperti peniti dan jarum, kita import dari China. Menggelikan bukan? Tentu kita sendiri seharusnya sanggup membuat peniti dan jarum. Toh membuat pesawat saja kita sanggup.
Jadi tidak heran jika neraca perdagangan Negara kita terus defisit dan bahkan defisitnya terus semakin membesar. Negara kita telah menjadi Negara pengimport. Apa-apa diimport. Jelas sudah mengapa kita tidak bisa cuek saja terhadap kenaikan dollar. Mengapa kita dirugikan jika terjadi kenaikan dollar. Tidak seperti Negara pengeksport yang akan dengan senang hati melemahkan nilai tukarnya terhadap dollar demi mendapat margin perdagangan yang lebih besar.
Ok deh, cukup jelas memang mengapa ekonomi kita begitu terpengaruh terhadapa dollar. Lantas jika dilihat dari bisnis saham, bagaimana pengaruhnya?
Sebuah pertanyaan yang menarik bagi kita sebagai pebisnis saham tentunya. Seperti yang sudah sering disinggung, pada dasarnya saham adalah sebuah bentuk kepemilikan kita pada perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut. Nah, jika ternyata bahan baku dari perusahaan tersebut berasal dari luar negri tentu kenaikan dollar akan ber-efek negatif. Belum lagi ternyata utang perusahaan tersebut berbentuk dollar.
Juga karena faktor inflasi, suku bunga pinjaman juga terkerek naik. Daya beli masyarakatpun menurun sehingga mereka menunda untuk membeli produk yang dikeluarkan perusahaan. Otomatis jumlah penjualan akan menurun. Semua hal tersebut akan berkoloborasi dan menyebabkan harga saham sebuah perusahaan akan turun. Ini adalah faktor langsung dari perusahaan. Penurunan juga bisa berasal dari penarikan dana besar-besaran dari para investor.
Investor perlu menarik dana mereka untuk menghindari resiko penurunan harga saham akibat kinerja perusahaan yang memburuk (seperti yang telah dijelaskan sebelumnnya). Tentu hal ini akan mendorong harga saham turun dengan akselerasi yang sangat cepat. Itu jugalah yang terjadi pada bursa saham Indonesia belakangan ini. Selain faktor mengantisipasi keringnya likuiditas akibat penghentian QE dari Amerika Serikat tentunya.
Mang mlebet says
mau tanya., untuk melihat kita ini negara impornya lebih besar dan rincian rincian impornya bisa dilihat dimana ya?? hehe..
danalingga says
Walah, kalo detailnya kurang tahu, Kalo secara umum saya lihatnya di berita mengenai defisit anggaran berjalan RI.