Selamanya.
Itulah yang mungkin anda pikirkan sebagai jawaban ketika ditanyakan seberapa lama seorang investor memegang saham yang telah dimilikinya. Jawaban tersebut muncul karena salah pengertian tentang investor saham. Banyak orang berpendapat para investor saham adalah orang-orang yang menyimpan saham selamanya karena pada akhirnya yang diharapkan adalah pembagian deviden – bukan kenaikan harga saham.
Berdasarkan pengalaman saya, pemaknaan akan investor saham di atas kurang tepat. Itu karena pada akhirnya para investor harus menjual saham yang mereka miliki – entah untuk merealisasikan keuntungan (taking profit) atau membatasi kerugian (cutloss). Ya, investorpun harus mempunyai strategi untuk keluar (exit strategy) dari investasinya jika tidak mau akhirnya terjebak ketika nilai-nilai investasi dari sebuah saham berubah menjadi tidak menarik lagi.
Dalam kata lain, nilai pengembalian investasi (Return of Investment/ROI) sebuah saham dapat menjadi tidak optimal lagi sehingga investor sebaiknya menjual saham tersebut dan berpindah pada saham lain yang lebih menjanjikan ROI yang maksimal. Oleh karena hal ini maka investor saham juga perlu mengetahui kapan saatnya keluar dari sebuah investasi. Berikut 3 alasan yang biasanya membuat para investor (pada akhirnya) menjual saham mereka:
Bisnis Yang Memburuk
Performansi bisnis yang terus menurun menjadi alasan utama para investor untuk pada akhirnya menjual kepemilikannya atas sebuah saham. Seperti kita ketahui bersama bahwa investor sebenarnya membeli bisnis dari sebuah perusahan ketika memutuskan untuk membeli saham. Nah, sudah alami ketika pada akhirnya bisnis perusahaan memburuk maka sudah tidak ada alasan untuk terus memegang saham perusahaan tersebut.
Dalam hal ini, bisnis memburuk berarti terjadi penurunan jika dibandingkan dengan performansi sebelumnnya. Misalnya nilai penjualan terus menurun dari tahun ke tahun. Seperti yang telah kita sadari bahwa performansi bisnis perusahaan adalah nyawa dari pergerakan harga saham. Jika performansinya bagus maka harga saham akan bergerak naik dan demikian juga sebaliknya, jika performansi jelek maka harga saham akan bergerak turun.
Jadi ketika performansi bisnis sebuah perusahaan turun maka sudah tidak ada alasan lagi untuk berinvestasi di dalamnya. Dalam bahasa fundamental dapat dikatakan bahwa ROI nya sudah tidak mencukupi lagi. Maka sudah saatnya investor untuk merealisasikan keuntungan atau meminimalkan kerugian dan memindahkan investasi ke saham lain yang lebih menjanjikan secara performansi bisnis.
Utang Korporasi Yang Terlalu Besar
Utang adalah alasan lain yang dapat membuat investor untuk menjual saham kepemilikannya. Utang perusahaan yang terlalu besar pada akhirnya dapat menggangu kinerja aliran kas (cash flow) dan pada akhirnya dapat mengganggu jalannya perusahaan secara keseluruhan. Ini akan sangat berbahaya bagi investor karena jika terjadi sedikit goncangan dalam bisnis, maka perusahaan tersebut dapat bangkrut seketika.
Bangkrut berarti kehilangan semua modal (dan hasil) investasi. Sebuah kondisi yang sangat dihindari oleh para investor. Juga, ketika utang perusahaan sangat besar, dapat dikatakan bahwa perusahaan telah menjadi milik para kreditur – bukan lagi milik para investornya. Tentu saja tidak ada orang yang mau jadi prioritas terakhir bukan? Demikian juga para investor saham. Jadi sudah jelas bahwa para investor akan menjual saham kepemilikannya ketika utang perusahaan sudah terlalu besar.
Pertumbuhan yang Melambat
Seperti pernah saya singgung bahwa ada siklus yang terjadi di bursa saham. Ternyata, siklus tersebut juga terjadi dalam sebuah bisnis. Yah, pada dasarnya saham itu juga adalah sebuah bisnis jadi tidak heran jika siklus yang terjadi sama dengan yang dialami oleh bisnis sebuah perusahaan. Dalam dunia investasi, sudah jamak diketahui bahwa pertumbuhan dari perusahaan raksasa akan melambat karena pasarnya telah jenuh.
Dan sangking besarnya perusahaan maka mereka tidak dapat secara lincah untuk memindahkan pasarnya ke area yang masih menjanjikan pertumbuhan maksimum. Jadi, ketika pertumbuhan dari sebuah perusahaan terus melambat, maka ini pertanda bahwa perusahaan tersebut telah menjadi terlalu besar dan saatnya investor untuk memindahkan investasinya ke perusahaan lain yang menjanjikan imbal hasil yang lebih maksimal.
Berdasarkan pengalaman, sangat jarang perusahaan yang dapat keluar dari jebakan perusahaan raksasa. Toh, bagi perusahaan itu sendiri hal ini tidak menjadi masalah karena keuntungan akan tetap besar. Tapi, bagi investor saham, ini masalah besar karena kenaikan harga saham akan melambat sehingga ROI menjadi tidak masimal. Pilihan terbaik memang memindahkan investasi ke saham lain yang lebih menjanjikan pertumbuhan yang maksimal.