Saya sempat mencoba beberapa instrument investasi sebelum pada akhirnya fokus pada saham. Saya menyukai saham karena saham bukanlah tentang saham saja. Ketika membeli saham, kita juga berarti membeli sebagian kepemilikan terhadap perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Inilah yang saya sukai dari saham. Kita tidak hanya membeli selembar kertas yang di-label saham. Kita membeli sebuah perusahaan.
Saham jelas sebuah bisnis serius. Kita harus memperlakukannya sebagai bisnis bukan permainan. Kita tidak boleh memperlakukannya hanya sekedar kegiatan dikala senggang atau bahkan hanya sebagai ajang untuk memuaskan naluri spekulasi kita. Saham adalah sebuah bisnis jual beli kepemilikan dalam sebuah perusahaan. Tentu, seperti halnya pembelian yang lain, kita harus hati-hati agar jangan sampai salah beli. Salah beli berarti modal kita akan terbuang sia-sia.
Dalam hal ini, kita harus menganalisa kondisi perusahaan, bukan sahamnya. Kita harus tahu betul apakah perusahaan yang menerbitkan saham tersebut layak untuk dibeli kepemilikannya. Kita harus menganalisa apakah perusahaan tersebut adalah pilihan yang tepat dan pada gilirannya akan memberikan keuntungan pada para pemiliknya. Jangan sampai kita salah beli perusahaan yang ternyata bisanya hanya merugi. Ini tentu akan menggerogoti modal yang telah kita tanam di dalamnya.
Bahkan, modal kita bisa hangus. Hangus ketika perusahaan itu dinyatakan bangkrut. Jelaslah sudah bahwa analisa kondisi sebuah perusahaan sangat menentukan dalam berbisnis saham. Kita harus yakin sebuah perusahaan akan memberikan keuntungan (setidaknya dalam jangka waktu tertentu) sebelum memutuskan untuk membeli sahamnya. Selalu perlakukan transaksi saham sebagai transaksi untuk membeli sebuah perusahaan. Dengan kata lain, kita bertransaksi saham dengan berdasarkan kondisi fundamental perusahaan tersebut.