Rumput tetangga lebih hijau
Anda pasti familiar dengan kalimat di atas. Kalimat diatas ditujukan pada orang-orang yang selalu melihat ada saja yang kurang dari dirinya jika dibandingkan dengan orang lain. Singkatnya, ditujukan pada orang-orang yang tidak bersyukur. Hal yang sering terjadi dalam hidup ini.
Tidak terkecuali bagi para pebisnis saham. Entah berapakali kita begitu iri pada keuntungan orang lain hanya karena keuntungan itu lebih besar dari keuntungan kita. Entah berapakali akhirnya kita tidak lagi mengikuti rencana bisnis karena tergiur akan besarnya keuntungan dari saham-saham yang tidak ada dalam rencana tersebut.
Ingat kondisi ini terjadi bukannya kita tidak untung. Kita sudah untung tapi tergiur oleh keuntungan dari “tetangga” yang lebih besar. Akhirnya rencana bisnis tinggal hanya rencana saja. Kitapun berbisnis saham tanpa perencanaan lagi. Hanya meniru-niru apa yang “tetangga” lakukan.
Kondisi ini tentu sangat berbahaya. Bisa saja dalam jangka pendek, keuntungan besar akan dinikmati. Namun dalam jangka panjang? Sangat saya ragukan dapat untung. Alih-alih untung, yang ada malah akan rugi besar. Akan sangat sulit untuk untung konsisten jika hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain.
Dapat disebut bahwa hal ini adalah salah satu penyakit dalam bisnis saham. Penyakit “rumput tetangga lebih hijau” tepatnya. Penyakit yang mematikan. Tentu harus disembuhkan jika kita telah terjangkit karena akan sangat mengganggu performansi bisnis saham kita.
Sebenarnya cukup mudah untuk menyembuhkannya. Cukup kembali disiplin mengikuti rencana bisnis yang sudah kita siapkan. Tentu kita harus memasang kaca-mata kuda — hanya melihat rencana bisnis kita kedepannya. Harus kuat mental agar tidak lagi terpengaruh pada apa-apa diluar rencana.