Dianggap tidak bersalah sampai terbukti bersalah
Kalimat di atas seharusnya sering kita dengar — setidaknya pernah mendengar. Kalimat diatas seringnya dikaitkan dengan proses masalah hukum.
Kalimat tersebut adalah pegangan bagi para penegak hukum agar tidak sewenang-wenang dalam melaksanakan tugasnya. Juga sebagai petunjuk bahwa yang terpenting adalah adanya bukti. Tanpa bukti, semua orang tidak ada yang salah di mata hukum. Ini adalah filosofi keadilan hukum.
Nah, ternyata filosofi ini (harus) diterapkan juga dalam bisnis saham. Tepatnya dalam trading saham. Trader harus berpegangan pada filosofi tersebut ketika menggunakan indikator Analisa Teknikal (TA) untuk membaca arah tren. Prinsipnya adalah:
Tren dianggap terus berlanjut hingga terbukti sebaliknya.
Terlihat kemiripannya bukan? Dalam hal ini kita berprasangka bahwa tren akan berlanjut terus (tidak bersalah) sampai terbukti bahwa memang tidak berlanjut (bersalah).
Dan hal ini tidak hanya berlaku pada membaca arah tren. Dapat diterapkan lebih luas lagi misalnya pada sinyal-sinyal dari indikator. Sinyal terbukti benar hingga terbukti sebaliknya.
Setahu Sekolah Saham, ini adalah pegangan para trader ketika menggunakan indikator Analisa Teknikal (TA). Prinsip ini adalah bentuk lain dalam disiplin mengikuti sistem trading.
Prinsip ini akan membuat kita percaya pada sistem trading yang kita gunakan. Tidak akan terombang-ambing oleh hal-hal lain yang beredar masif diluaran. Ini akan membuat setiap trading yang kita lakukan memperoleh hasil yang optimal.
Jadi, mari selalu berpegangan pada prinsip “Prasangka Tak Bersalah” pada setiap trading yang kita lakukan.