Mengejar Lembah dan Puncak. Apa pula itu? Mungkin anda tahunya mengejar Matahari. Disamping lebih keren, juga merupakan judul film dan novel. Jadi wajar saja jika lebih familiar. Namun jangan salah, mengejar puncak dan lembah, walau mungkin tidak familiar, sangat sering dilakukan para trader saham. Entah sadar atau tidak. Jika jujur, membeli di lembah dan menjual di puncak adalah impian dari semua trader.
Masih belum familiar juga? Mari kita dekati dengan cerita lainnya. Bagaimana rencana anda dalam trading saham? Setidaknya rencana dulu pas awal-awal trading saham? Saya dapat pastikan kalo rencana anda adalah membeli diharga terendah dan menjual diharga tertinggi. Nah, harga terendah itu adalah lembah dan harga tertinggi itu adalah puncak. Sudah familiar bukan? Juga ingat bahwa sering melakukannya bukan?
Nah, sekarang coba ingat-ingat lagi bagaimana hasilnya. Seberapa sering anda sukses mengejar Lembah dan Puncak? Seberapa sering anda berhasil membeli pada harga terendah dan menjual pada harga tertinggi? Berdasarkan pengalaman saya sih akan sangat jarang jika tidak mau dibilang tidak pernah. Probabilitasnya akan sangat kecil. Jika anda memang selalu sukses – setidaknya lebih banyak sukesnya maka berhenti membaca artikel ini.
Artikel ini bukan untuk anda. Alih-alih terus membaca, lebih baik anda memperkenalkan diri dikolom komentar agar saya dan para pembaca dapat belajar dari anda. Saya pribadi berani membayar mahal untuk belajar bagaimana agar bisa sering berhasil membeli pada lembah dan menjual pada puncak. Ok, sudah dulu. Sekarang saya lanjutkan membahas pokok bahasan artikel ini. Sangat rendah probabilitas keberhasilan jika mengejar Lembah dan Puncak.
Lantas bagaimana? Apa yang dapat kita lakukan jika memang demikian adanya? Tenang saja. Selalu ada solusi. Daripada memaksakan untuk membeli di Lembah dan menjual di Puncak kenapa kita tidak memperbesar tingkat probabilitas dengan menurunkan sedikit ekspektasi kita? Caranya adalah jangan menarget untuk membeli pada harga terendah dan menjual pada harga tertinggi. Ubah strategi jadi membeli pada harga agak rendah dan menjual pada harga agak tinggi.
Jadi, alih-alih membeli di lembah dan menjual di puncak, kita melakukan jual beli di lereng saja. Kita membeli sedikit diatas lembah dan menjual sedikit dibawah puncak. Toh, lembah terbentuk setelah ada lereng naik disisi satunya, puncak terbentuk setelah ada lereng turun disisi satunya. Ini yang namanya menunggu konfirmasi sebelum bertindak. Kita mulai membeli saham setelah terkonfirmasi bahwa yang terbentuk memang lembah.
Kita mulai menjual saham setelah terkonfirmasi bahwa yang terbentuk memang puncak. Memang ada kerugiannya dengan strategi membeli dan menjual pada lereng. Keuntungan tidak akan semaksimal jika kita berhasil membeli dilembah dan menjual dipuncak. Tapi buat apa mengejar lembah dan puncak jika hampir tidak pernah berhasil? Lebih baik kita optimalkan strategi lereng. Toh, sedikit demi sedikit jika sering ya untungnya jadi besar juga. Lebih baik daripada menunggu yang tidak pasti bukan?