Cash is The King. Jika sudah lama berkecimpung dalam pasar keuangan, khususnya di bursa saham, kata-kata berbahasa Ingris ini pasti sudah sering anda dengar.Kata-kata tersebut sering didengungkan oleh para pebisnis saham, terutama mereka-mereka yang telah senior. Ini menandakan kata-kata di atas bukan sembarangan. Pasti ada gunanya. Oleh karena itu, dalam artikel ini, mari kita coba untuk memahami makna yang terkandung di dalamnya.
Memahaminya dalam konteks bahwa kita adalah seorang pebisnis saham. Mari kita mulai memahaminya berdasarkan arti katanya. Terjemahan bebas dari Cash is The King: “Uang Tunai adalah Sang Raja”. Terjemahan filosofisnya: “Uang Tunai sangat penting, bahkan bisa berarti segalanya”. Dapat disimpulkan, kata-kata tersebut dimaksudkan agar kita jangan sampai kehilangan seluruh uang tunai kita. Harus selalu ada dana yang setiap saat dapat digunakan.
Perlu dipahami bahwa uang tunai disini berbeda artinya dengan uang tunai dalam kehidupan sehari-hari. Uang tunai dalam hal ini adalah dana yang dapat digunakan setiap saat jika dibutuhkan. Tidak peduli dana ini dalam bentuk apa dan dimana, selama bisa langsung digunakan, maka itulah uang tunai yang dimaksud. Jadi, Cash is The King adalah kata-kata yang dimaksudkan untuk memberitahu bahwa mempunyai uang tunai sangat penting dalam bisnis saham.
Tanpanya, kita tidak akan bisa apa-apa jika sesuatu terjadi – entah itu hal baik atau hal buruk. Kita akan hanya jadi penonton saja. Namun, dipikir-pikir, memiliki uang tunai alih-alih dibelanjakan, bisa hal jelek. Ketika bursa saham sedang dalam tren naik (Bullish) yang kuat, keuntungan yang kita peroleh tidak maksimal. Ini karena tidak semua sumberdaya uang kita digunakan untuk membeli saham. Ada sejumlah uang yang menganggur sebagai dana cadangan.
Walaupun uang tersebut mendapat bunga dari pihak bank (atau dari sekuritas), tetap saja tidak sebanding dengan potensi keuntungan dari transaksi saham. Lantas bagaimana? Apakah kita perlu selalu mempunyai uang tunai atau menggunakan semuanya untuk bertransaksi saham? Seperti biasa, jawabannya adalah tergantung. Tergantung situasi terkini dalam bursa saham. Sedang dalam tren turun (Bearish), tren datar (Sideaways), atau tren naik (Bullish).
Jika sedang dalam tren naik, apalagi tren naik yang sangat kuat, kita harus menggunakan semua sumberdaya kita untuk bertransaksi saham. Semua uang kita harus digunakan. Jika perlu kita meminjam uang atau menggunakan margin. Dalam hal ini, berlaku “Cash is not The King Anymore” – uang tunai bukanlah raja. Nah, ketika yang terjadi adalah tren datar (Sideaways), tentu saja ceritanya menjadi berbeda.
Ketika bursa sedang dalam tren datar, kita perlu berhati-hati. Tren datar bisa seketika berubah jadi tren naik atau tren turun. Kehati-hatian ini dapat kita wujudkan untuk hanya menggunakan separuh dari dana kita dalam bertransaksi saham. Separuhnya lagi kita siapkan untuk menghadapi situasi yang tidak terduga. Dalam hal ini, berlaku “Cash is a half King” – uang tunai adalah setengah raja. Uang tunai sudah mulai penting, tapi hanya setengahnya saja.
Sekarang, mari kita lihat kondisi terakhir. Kondisi yang sangat mencekam bagi para pebisnis saham. Kondisi dimana bursa saham sedang dalam tren turun. Dalam hal ini, uang tunai benar-benar penting. Kita harus memegang uang tunai sebanyak-banyaknya. Jika perlu, semua dana, kita pegang. Dalam hal ini berlaku “Cash is The King” – uang tunai adalah sang raja. Memiliki uang tunai menjadi sangat penting untuk menghadapi jika terjadi perubahan arah.
Perubahan arah dari tren turun (Bearish) menuju tren naik (Bullish). Jika kita tidak memiliki uang tunai, maka kita hanya akan menjadi penonton saja. Sementara orang lain akan berpesta pora menikmati keuntungan yang sangat besar. Inilah pentingnya untuk memegang uang tunai dalam kondisi bursa yang sedang turun – apalagi dalam kondisi tren turun yang sangat kuat. Dapat disimpulkan, “Cash is The King” terjadi dalam situasi tren turun yang sangat kuat.