Jangan pernah melawan tren yang sedang berlangsung
Kalimat di atas adalah sebuah keniscayaan dalam berbisnis saham. Tentu saja hal ini jika kita ingin tidak kehilangan modal. Jika memang ingin menghambur-hamburkan uang kita, tentu pilihannya adalah melawan tren. Berdasarkan pengalaman saya, mengikuti tren adalah pilihan yang terbaik untuk memaksimalkan keuntungan sekaligus meminumkan resiko dalam perdagangan saham. Mengikuti tren hampir dilakukan oleh semua pebisnis saham.
Dalam hal ini kita tinggal mendeteksi tren yang sedang berlangsung lalu membeli jika tren sedang naik, dan menjual ketika tren sedang turun. Sebuah strategi yang sangat sederhana bukan? Tapi percayalah, ini tidak sesederhana kelihatannya. Sudah cukup sulit untuk mengetahui tren yang sedang berlangsung, tapi lebih sulit lagi untuk disiplin mengikuti tren yang sedang terjadi. Untung saja bahwa hal ini bukan sesuatu yang mustahil untuk dilakukan.
Kita akan dapat melakukannya selama kita terus berlatih, berlatih, dan berlatih. Yup, kita perlu berlatih keras mengasah kemampuan kita untuk mengenal tren yang sedang berlangsung dan pada akhirnya dapat mengikutinya dengan nyaman. Jika telah menyatu dengannya, maka kita akan dapat seperti “dewa saham”, dimana kita akan dapat mengetahui tren yang sedang berlangsung hanya dengan melihat grafik secara sekilas.
Kita juga dapat mengetahui apakah sebuah tren akan berakhir dan diganti oleh tren baru yang berarti kita akan tahu saat yang tepat untuk membeli dan saat yang tepat untuk menjual. Hal yang di-idam-diamkan oleh semua pebisnis saham. Semua hal ini akan tertanam di intuisi kita oleh latihan yang terus-menerus. Dengan menguasai hal ini, pecayalah, keuntungan kita akan maximal sementara kerugian dapat ditekan seminimal mungkin – jika tidak dapat dikatakan nol.
Jadi jelas bisnis saham adalah tentang tren yang terjadi sekarang bukan tentang harga. Beberapa pebisnis saham (terutama yang baru), berpikiran bahwa semuanya adalah tentang harga. Membeli di harga termurah adalah yang terpenting. Tapi tidaklah demikian kenyataannya, ketika kita membeli di harga termurah menurut kita (karena harga telah turun sangat dalam), maka harga akan kembali bergerak turun jika sedang dalam kondisi tren turun.
Jadi jelas lebih berguna untuk mengetahui tren yang sedang berlangsung bukan? Kita akan terhindar dari pergerakan harga yang akan masih turun dan dapat dengan percaya diri membeli saham dengan harga yang relatif telah tinggi karena tahu bahwa harga akan bergerak naik kembali. Ini sangat penting untuk menghasilkan keuntungan yang maksimal dan meminimalkan kerugian. Coba bayangkan jika kita tidak mengetahui tren yang sedang berlangsung.
Ketika harga bergerak turun sedikit, kita akan ketakutan dan berpikir harga akan terus bergerak turun sehingga buru-buru untuk menjual saham kita. Ternyata ke-esokan harinya harga kembali bergerak naik karena memang saat itu tren naiklah yang sedang berlangsung. Penurunan sebelumnnya adalah sebuah koreksi yang wajar terjadi dalam tren naik. Kita mungkin memang tetap untung karena menjualnya di atas harga beli kita.
Tapi kita telah menghilangkan pontensi keuntungan yang lebih karena ketakutan kita. Di lain sisi, dapat terjadi bahwa kita tetap memepertahankan (memegang) saham kita walau harga bergerak turun. Ini karena kita berharap bahwa yang terjadi hanyalah koreksi wajar, dan harga akan kembali bergerak ke atas. Tapi ternyata harga terus turun karena memang yang sedang terjadi adalah tren turun.
Semua hal di atas akan tidak terjadi jika kita mengetahui dengan pasti tren yang sedang berlangsung. Seharusnya sekarang kita dapat melihat dengan sangat jelas mengapa mengetahui dan kemudian mengikuti tren adalah pilihan strategi terbaik dalam berbisnis saham. Pada akhirnya, bisnis saham adalah tentang bagaimana mengetahui tren yang sedang berlangsung dan mengikutinya sampai berakhir.
[…] dalam berbagai artikel bahwa bisnis saham adalah tentang bagaimana mengetahui dan pada akhirnya mengikuti tren yang sedang terjadi. Ini karena tren dapat memberi tahu kepada kita tahap-tahap siklus yang sedang berlangsung. […]