Di artikel sebelumnnya, kita sudah membahas panjang lebar mengenai kaitan antara pepatah “biar lambat asal selamat” dengan bisnis saham. Disebutkan bahwa mentalitas kita haruslah “biar lambat asal selamat” agar dapat mengelola resiko sehingga sesuai dengan profil kita masing-masing. Kali ini, mari kita membahas pepatah lama tersebut dari sudut pandang lain. Tentu masih tetap berkaitan dengan jalur kita yakni berbisnis saham.
Pepatah “biar lambat asal selamat” juga dapat dikaitkan dengan kapan kita harus membeli atau menjual saham. Seperti kita tahu, sinyal beli dan jual saham biasanya dihasilkan oleh indikator analisis teknikal. Sedangkan, analisis teknikal adalah alat bantu yang menggunakan data masa lalu untuk memprediksi masa depan. Akibat hal ini maka karakteristik alami indikator analisis teknikal adalah adanya keterlambatan dengan kejadian nyata di bursa saham.
Karakteristik ini akan membuat orang yang belum berpengalaman akan merasakan penyesalan. Penyesalan kenapa tidak masuk lebih awal agar bisa menikmati keuntungan yang lebih besar. Penyesalan kenapa tidak menjual lebih awal agar kerugian menjadi lebih kecil. Penyesalan-penyesalan ini akan membuat orang mempunyai tendensi untuk mencari indikator analisis teknikal yang tidak mempunya keterlambatan dengan kenyataan di bursa. Ini akan sangat merugikan.
Pada akhirnya orang akan menghabiskan waktu untuk hal yang sia-sia. Ini karena pada kenyataannya tidak ada analisis teknikal yang tanpa keterlambatan. Selalu ada jeda waktu antara sinyal analisis teknikal dengan kenyataan yang terjadi. Sebuah penghamburan waktu (yang sangat berharga). Waktu pencarian tersebut akan lebih baik digunakan untuk mempertajam strategi trading kita sehingga dapat memberikan keuntungan yang lebih maksimal dan meminimalkan resiko.
Penyesalan-penyesalan tersebut juga dapat memicu orang untuk akhirnya berspekulasi dengan mengabaikan perlunya menunggu konfirmasi dari sinyal-sinyal indikator analisis teknikal. Ini adalah sebuah hal yang akan sangat fatal. Berdasarkan pengalaman, spekulasi pada akhirnya hanya akan menghabiskan modal kita. Spekulasi tidak memperhatikan faktor resiko. Spekulasi adalah salah satu dosa tak terampunkan dalam berbisnis saham.
Jadi sesuai topik artikel ini, kita harus memiliki mentalitas “biar lambat asal selamat”. Kita harus punya mentalitas untuk merasa tidak apa-apa membeli/menjual lebih lambat asal faktor keuntungan dan resiko sudah jelas. Jelas jika saham tersebut akan bergerak turun /naik dan seberapa besar resiko jika ternyata tidak sesuai dengan prediksi kita. Dalam hal ini kita dituntut untuk selalus sabar menunggu adanya sinyal dan konfirmasi.
Kita tidak boleh terburu-buru untuk membeli saham hanya karena potensi keuntungannya yang besar. Kita harus memperhatikan faktor resiko dalam hal ini. Pembelian yang terburu-buru (tanpa sinyal dan konfirmasi) berarti kita sedang berspekulasi. Berspekulasi berarti probabilitas keuntungan dan kerugian adalah 50% – 50%. Ini situasi yang sangat beresiko. Oleh sebab itu sangat perlu untuk memiliki mentalitas “biar lambat asal selamat” dalam berbisnis saham.