Sebagai pebisnis saham, pada umumnya kita akan beranggapan bahwa Bullish (tren naik) adalah teman dan Bearish (tren turun) adalah musuh. Ini karena pada saat Bullish-lah kita dapat menikmati keuntungan yang masimal dengan cukup mudah. Istilah populernya adalah bahkan monyet sekalipun akan menangguk untung pada saat pasar Bullish. Jelaslah betapa mudahnya untuk menangguk untung ketika kondisi bursa saham sedang Bullish bukan?
Sebaliknya, ketika bursa saham sedang Bearish, pebisnis saham yang paling hebatpun akan kesulitan untuk menghasilkan untung – jika tidak bisa dikatakan mustahil. Bahkan untuk menjaga modal agar tidak tergerus butuh usaha mati-matian. Banyak pebisnis saham yang berguguran diserang pasukan Jendral Bearish yang tidak kenal ampun. Banyak yang kehabisan modal sehingga sulit bangkit lagi. Tidak heran jika para pebisnis saham rame-rame memusuhi Bearish.
Tapi apakah selalu begitu? Apaka selalu Bearish adalah musuh dan Bullish adalah teman?
Berdasarkan pengalaman saya selama berkecimpung di bursa saham, ternyata tidak selalu begitu. Seperti hal lain dalam kehidupan ini, hal-hal yang berkaitan dengan bursa saham tidaklah hitam-putih yang hanya mempunya jawaban ya dan tidak. Ada kalanya Bearish menjadi sahabat sejati dan sebaliknya Bullish adalah musuh dalam selimut. Mungkin anda berpandangan kalo kata-kata saya ini nyeleneh karena memang bertolak belakang dengan pandangan umum.
Pandangan umum menganggap bahwa Bearish adalah musuh sedangkan Bullish adalah teman. Tapi, jika kita mengubah sudut pandang sedikit saja maka Bearish bisa menjadi teman sejati sedangkan Bullish adalah musuh dalam selimut. Mari kita bahas berdasarkan sudut pandang tersebut. Umumnya kita berangkat dari sudut pandang keuntungan materi. Jadi jelas Bullish adalah teman karena menawarkan keuntungan sedangkan Bearish adalah musuh karena menawarkan kerugian.
Nah, jika kita ubah sudut pandang berkaitan dengan kesombongan maka pandangan umum tersebut akan berubah 180 derajat. Kita sudah sering dengar bahwa teman sejati adalah teman yang selalu mengingatkan dan tidak membiarkan kita untuk menjadi sombong walau dengan cara memarahi. Sebaliknya, musuh dalam selimut akan berlagak memeberi keuntungan padahal sedang menjerumuskan kita agar sombong sehingga pada akhirnya kita akan menderita kerugian.
Berkaitan dengan analogi di atas. Kita dapat menganggap Bearish adalah teman yang menampar kita (dengan kerugian) agar tidak menjadi sombong dan Bullish adalah musuh dalam selimut yang mendorong kita untuk sombong. Hal ini bukan masalah sepele karena kesombongan adalah salah satu dosa tak termaafkan bagi para pebisnis saham. Sikap sombong akan mendorong kita untuk menyepelekan pasar.
Pada akhirnya kita akan berani melawan pasar. Ini kesalahan yang sangat fatal karena pasar tidak dapat dilawan, pasar itu selalu benar — The market is always right. Jika sudah demikian maka siap-siaplah untuk menuju kebangkrutan. Modal kita pasti akan habis jika terus melawan pasar. Jadi, dalam kondisi demikan jelaslah mengapa Bullish bisa menjadi musuh dalam selimut dan sebaliknya, Bearish adalah sang teman sejati bukan?