Buyback
Kata ini santer terdengar belakangan ini di bursa saham Indonesia. Buyback adalah kata sakti yang dihembuskan pemerintah untuk menahan laju kejatuhan bursa yang memang sudah tahap mengkhawatirkan. Apalagi ditambah jatuhnya nilai rupiah. Lengkap sudah formula untuk menciptakan krisis ekonomi di pasar keuangan. Ini menghawatirkan karena krisis pasar keuangan bisa merembet ke pasar real.
Jadi tidak heran jika pemerintah Indonesia berusaha menahan laju penurunan dari bursa saham dan juga rupiah. Baru-baru ini pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk memperkuat ekonomi dari terjangan badai krisis. Kebijakan yang terdiri dari empat paket tersebut sudah cukup bagus tapi efeknya baru akan terasa dalam jangka panjang. Tidak heran jika bursa saham Indonesia dan rupiah masih terus menurun setelah kebijakan penyelamatan ekonomi tersebut keluar.
Hal ini tentu berbahaya karena kepanikan akan melanda para pelaku pasar sehingga bursa saham dan rupiah bisa terjun bebas semakin dalam. Seperti disinggu di paragraph awal, kondisi ini dapat memicu krisis – setidaknya di pasar keuangan. Maka tidaklah mengherankan bahwa akhirnya pemerintah Indonesia mengeluarkan jurus untuk menahan laju kejatuhan bursa saham yang efeknya langsung terasa – buyback.
Ya, pemerintah tampaknya memerintahkan BUMN untuk membeli saham perusahaan tersebut dari bursa. Dalam hal ini berarti BUMN akan menjadi bumper untuk menahan kejatuhan bursa sebagai akibat dana asing yang mengalir deras keluar. Apakah tindakan buyback ini bijaksana? Bukankah nanti keuangan BUMN akan terbebani jika pada akhirnya harga akan terus turun?
Seperti biasa, tidak ada satu jawaban yang saklek di bursa saham.
Jawabannya adalah tergantung dari sudut pandang dan bagaimana buyback ini berlangsung. Tentu jika buyback dilakukan serampangan, asal membeli saja. Tanpa ada analisa mendalam, maka hanya kerugianlah yang didapat. Keuangan perusahaan BUMN yang melakukan buyback tentu akan terbebani dan untuk jangka panjang, malah akan mendorong bursa jatuh lebih dalam. Jika ini terjadi maka tujuan untuk menyelamatkan bursa tentu tidak akan tercapai.
Namun, jika ternyata buyback dilakukan dengan analisa mendalam. Mempertimbangkan faktor fundamental perusahaan dan memutuskan untuk buback pada harga yang jauh di bawah harga fundamentalnya. Buyback akan menjadi keputusan yang bagus. Selain bursa dapat ditahan kejatuhannya dalam jangka pendek, perusahaan tersebut juga akan meraih keuntungan dalam jangka panjang seiring harga saham yang terus menaik.
Konsekuensinya maka dalam jangka panjang, bursa saham Indonesia akan terus tumbuh dan bahkan akan mencetak nilai tertinggi yang baru. Jadi, tugas kita sebagai investor retail adalah mencermati skenario buyback yang manakah yang terjadi. Jika skenario kedua maka memang saatnya kita ikut serta membeli saham – itu jika horijon waktu kita agak panjang. Jika kita adalah trader jangka pendek, maka tidak peduli skenario buyback yang mana yang terjadi, kita dapat mulai membeli.