Jika anda pembaca setia sekolah saham ini maka pasti sudah tahu berapa batas stop loss yang saya gunakan. Yup, batas stop loss saya adalah 10%. Tentu ada cerita dibaliknya. Tentu ada alasan-alasan yang menyertai mengapa akhirnya angka 10% ini muncul. Namun, perlu saya ingatkan, jangan terlalu berharap bahwa angka 10% ini dihasilkan sebuah proses yang canggih. Angka stop loss 10% ini hanya dihasilkan oleh sebuah proses yang sangat sederhana.
Batas stop loss ini dihasilkan dari proses mencoba-coba saja. Mencoba-coba berbagai kombinasi batas stop loss satu per satu. Mulai dari tanpa batas stop loss, stop loss 2% dari total modal, stop loss 5% per transaksi, hingga akhirnya memilih untuk stop loss 10% per transaksi. Semua angka-angka tersebut saya coba dalam jangka waktu tertentu – sekitar 1 bulanan tepatnya. Untuk lebih memahami bagaimana prosesnya, mari kita bahas satu-satu.
Mari kita bahas satu-satu agar tahu mengapa akhirnya saya memutuskan untuk memilih stop loss 10% per transaksi. Dengan tanpa batas stop loss, pada akhirnya saya sering mengalami kerugian yang sangat besar karena harga saham ternyata dapat terus menurun. Ini terjadi walau hasil analisa telah menuntukkan seharusnya harga saham bergerak naik. Ini wajar sih. Kan sudah diketahui bersama bahwa tidak ada hasil analisa yang benar 100%.
Jadi, tanpa batas stop loss bukanlah pilihan yang bijak. Kemudian, saya meneruskan percobaan dengan stop loss 2%. Stop loss 2% dari total modal tepatnya. Memang stop loss ini bekerja cukup baik untuk membatasi kerugian. Kerugian tidak akan pernah menjadi sebesar tanpa batas stop loss. Namun, ternyata stop loss ini membutuhkan usaha untuk menghitung apakah kerugian berjalan telah mencapai batas 2% dari modal.
Terus terang, dalam bisnis saham, saya sangat tidak suka untuk menggunakan sesuatu yang memerlukan kerja ekstra padahal ada alternatif yang lebih mudah. Saya pemalas dalam hal ini. Jadilah batas stop loss 2% dari modal ini tidak saya pakai lagi. Saya kemudian mencoba skenario stop loss berikutnya. Saya kemudian mencoba batas stop loss 5% per transaksi. Cukup sederhana stop loss ini dan saya lumayan menyukainya. Tidak perlu usaha extra. TInggal pakai saja.
Saya memakai batas stop loss ini cukup lama hingga pada akhirnya menemukan kelemahan darinya. Batas stop loss ini terlalu dekat sehingga menyebabkan akan terlalu sering terjadi stop loss. Padahal dalam jangka waktu trading yang saya pakai (mingguan), saham tersebut masih dalam tren naik (Bullish). Sistem ini sering menimbulkan rasa penyesalan. Menyesal karena saham telah dijual rugi padahal masih dalam tren naik (Bullish).
Tampaknya sistem stop loss 5% per transaksi ini juga tidak layak dipakai. Kesederhanaannya sudah pas, namun angka 5% masih terlalu dekat. Kemudian, saya mencoba sistem stop loss 10% per transaksi. Masih tetap sederhana namun dengan batas stop loss yang lebih besar. Hasilnya amat menggembirakan. Modal saya tidak tergerus banyak ketika terjadi salah prediksi dan juga dapat terhindar dari stop loss yang terlalu sering atau terlalu cepat.
Dapat dikatakan bahwa batas stop loss 10% inilah yang paling tepat untuk digunakan. Stop loss inilah yang bisa memberikan hasil optimal. Angka inilah yang dapat memberikan keuntungan yang maksimal dengan tingkat resiko yang masih dapat diterima. Setidaknya buat saya. Nah, beginilah proses yang saya lakukan sehingga muncul angka 10% untuk batas stop loss. Silahkan gunakan proses yang sama untuk menemukan batas stop loss yang paling tepat buat diri masing-masing.