Nyangkut. Kata yang harusnya membunyikan alarm dalam kepala jika tidak bisa dikatakan membangkitkan trauma yang terakumulasi selama berbisnis di bursa saham. Nyangkut berarti kita berada dalam situasi putus asa, tidak bisa berbuat apa-apa lagi kecuali hanya berharap, berharap, dan berharap. Ya, berharap agar situasi segera berubah. Berharap ada pembalikan arah sehingga minus tidak semakin besar. Jika ada mukjijat, bisa balik modal.
Lihat, balik modal saja sudah merupakan mukjikat. Jelas nyangkut memang situasi yang harus dihindari oleh semua pebisnis saham. Nyangkut tidak hanya membuat kita rugi secara materi tapi juga rugi secara psikologi. Nyangkut seringnya membuat mental menjadi tidak sehat lagi untuk berbisnis saham. Kita akan mengalami ketakutan.Takut untuk membeli saham dan jika sudah membeli, kita akan terburu-buru menjual karena takut akan nyangkut lagi.
Jelas kondisi ini tidak sehat bukan? Keuntungan tidak akan pernah maksimal jika sudah begini. Inilah trauma yang ditimbulkan oleh nyangkut. Jadi, sebaiknya nyangkut ini kita hindari. Untunglah tidak terlalu sulit untuk menghindarinya. Ada dua cara yang saya terapkan agar bisa terhindar dari nyangkut. Kedua cara ini tidak ada yang lebih penting dari lainnya. Kedua cara ini saling melengkapi hingga sejauh ini, saya sudah tidak pernah nyangkut lagi. Berikut caranya:
Selalu Beli Saham Yang Sesuai Dengan Profil Kita
Ini adalah langkah pertama untuk menghindari kita dari nyangkut. Kita harus benar-benar menganalisa saham-saham yang layak untuk kita beli. Perlu diingat bahwa resiko bisnis saham itu cukup tinggi. Kita bisa mengurangi resikonya dengan memilih saham-saham yang sesuai dengan profil kita masing-masing. Sebagai contoh, saya lebih kearah menghindari resiko daripada mengejar keuntungan. Jadi saya akan memilih saham-saham yang berfundamental bagus.
Nah, berhubung saya tidak terlalu mendalami analisis fundamental (FA) maka tentu saya menganalisa fundamental saham dengan cara yang sangat sederhana yakni dengan melihat PER, Sales Growth, DER, dan ROE. Tidak sampai menentukan nilai valuasi dari suatu saham. Oleh karenanya, saya belum mempunyai titik masuk untuk membeli saham sejauh ini. Saya hanya punya saham-saham yang (menurut saya) bagus secara fundamental.
Untuk menentukan titik masuk (dan juga titik keluar) saya memanfaatkan sinyal-sinyal dari analisis teknikal (TA). Sesuai dengan profil saya yang seorang penghindar resiko, maka saya memilih untuk hanya membeli saham-saham yang sedang dalam posisi tren naik (Bullish). Jadi, saya akan membeli saham yang berfundamental bagus dan ada sinyal Bullish dari indikator TA. Dengan demikian maka resiko salah beli saham dan akhirnya nyangkut (diharapkan) berkurang.
Tetapkan level Jual Rugi (Cut Loss)
Tentu, seperti yang sudah sering saya singgung, tidak ada sistem yang sempurna. Demikian juga sistem untuk membeli saham yang sesuai dengan profil kita diatas. Selalu saja ada peluang terjadi tidak seperti yang kita harapkan. Benar kita telah memilih saham secara hati-hati – memilih saham yang telah sesuai dengan profil kita. Namun, tetap saja ternyata harga saham tersebut bergerak tidak sesuai dengan yang kita sudah analisa.
Tentu dalam hal ini, minus dalam portofolio saham kita tidak bisa dihindarkan. Yang harus kita antisipasi adalah agar minus tersebut jangan sampai menjadi kondisi nyangkut. Untuk hal ini kita harus menetapkan seberapa besar kerugian yang dapat kita tanggung. Kerugian yang tidak akan memukul kita, baik secara materi maupun mental (psikologi). Besaran inilah yang harus kita jadikan sebagai level jual rugi (Cut Loss) dari setiap transaksi.
Dengan demikian, dijamin 100%, kita tidak akan pernah berada dalam situasi nyangkut. Ini karena kita telah melepas terlebih dahulu saham-saham tersebut sebelum merugi lebih besar daripada yang dapat kita tanggung. Jadi, setelah memilih saham sesuai dengan profil kita yang memperkecil peluang untuk nyangkut, akhirnya dengan menetapkan level jual rugi (cut loss) sebagai senjata pamungkas, kita dapat mengucapkan selamat tinggal pada nyangkut.