Para pemula sering menganggap enteng terhadap trading. Taunya sesederhana jual lebih mahal. Yang penting trading, pasti untung kok.
Ya, memang pasti untung jika dan hanya jika harga bergerak menaik. Ketika memang harga sedang bergerak dalam tren naik (Bullish) yang kuat.
Sayangnya, tren tersebut tidak selamanya berlangsung. Bahkan ada kalanya hanya berlangsung singkat. Setelahnya, mulailah mimpi buruk bagi trader yang asal trading tersebut.
Disangkanya harga masih bergerak seperti sebelumnya — dimana asal beli saja memang untung. Harga toh bergerak naik terus. Ada turunnya tapi sangat terbatas.
Karena memanggap nanti bakal naik lagi (seperti yang sudah-sudah) maka alfa melakukan Cut Loss. Boro-boro Cut Loss, eh malahan terus menyuntikkan modal. Average down.
Dan bang! Harga terus bergerak turun. Setidaknya lebih banyak turunnya dari naiknya. Ini karena memang harga sedang bergerak dalam tren turun (Bearish) yang kuat. Rugi besarlah yang terjadi.
Nah, disinilah perlunya sebuah perencanaan dalam trading. Perlunya trading plan. Dengan adanya trading plan maka kita pasti tidak akan asal-alan dalam trading.
Setidaknya kita pasti sudah memeriksa tren yang sedang terjadi. Dan jikapun memutuskan tetap trading dalam tren turun (Bearish), kita pasti sudah punya rencana kapan harus keluar agar dapat tetap untung atau setidaknya rugi hanya sedikit.
Nah, dapat dilihat betapa pentingnya perencanaan dalam trading bukan? Bahkan dapat membuat kita tetap untung walau dalam tren turun (Barish) yang kuat. Atau setidaknya mencegah agar tidak rugi terlalu banyak.
Punya trading plan juga akan membantu untuk memaksimalkan keuntungan saat tren naik (Bullish). Kita akan terhindar dari menjual terlalu cepat dan terlalu lambat. Ini karena memang titik jual sudah direncanakan semaksimal mungkin.
Jadi, sudah tahu mengapa dikatakan tanpa rencana trading (trading plan) maka sama saja sedang merencanakan untuk gagal bukan?