Sudah diketahui secara luas bahwa banyak pebisnis saham (apalagi yang pemula) berusaha untuk menemukan indikator analisis teknikal yang sempurna. Sempurna yang dimaksud adalah dapat memberi petunjuk kapan harus membeli dan kapan harus menjual dengan akurasi 100%. Tapi, tentu saja, para pebisnis saham ini harus siap kecewa karena tidak pernah ada yang sempurna untuk bisnis saham. Yup, adalah sebuah kesia-siaan jika kita masih terus mencoba untuk menemukan akurasi 100%.
Daripada menghabiskan waktu untuk mencarinya, lebih baik kita berusaha untuk memanfaatkan indikator analisis teknikal yang ada. Walau tidak menawarkan akurasi 100%, kita masih dapat meningkatkan akurasi indikator tersebut dengan cara mengkombinasikannya dengan indikator yang lain dan/atau mengkombinasikannya dengan manajemen uang (money management) yang tepat. Oleh sebab itu sangat penting untuk mengenal lebih dari satu analisis teknikal.
Saya sendiri menganjurkan – jika memang serius untuk berbisnis saham – agar kita mengenal sebanyak mungkin indikator analisis teknikal sehingga kedepannya dapat memilih kombinasi yang paling tepat untuk kita. Oleh sebab itu, saya akan membahas berbagai indikator analisis teknikal dalam artikel-artikel berjudul Seri Indikator Analisis Teknikal. Sebagai tahap pertama, mari membahas salah satu indikator favorit saya, Stochastic Oscillator.
Stochastic Oscillator cukup populer di kalangan pebisnis saham dikarenakan mudah untuk mengimplementasikannya. Stochastic Oscillator diperkenalkan oleh George Lane dan kemudian berkembang hingga menjadi salah satu pilihan wajib untuk diketahui bagi para pebisnis saham. Indikator ini menawarkan semua sinyal yang dibutuhkan dalam berbisnis saham yakni sinyal beli, sinyal jual, sinyal jenuh beli, dan sinyal jenuh jual.
Stochastic Oscillator mendeskripsikan hubungan antara harga penutupan dengan jarak harga tertinggi dan harga terendah. Koneksi inilah yang menghasilkan sinyal beli, sinyal jual, sinyal jenuh beli, dan sinyal jenuh jual. Ada dua garis sinyal dalam indikator ini yakni fast line (%K) dan slow line (%D). Untuk lebih memahaminya, mari melihat rumus yang digunakan untuk menghasilkan kedua garis sinyal ini.
Rumus Fast Line (%K) dari Stochastic Oscillator
%K = ((C-Ln)/(Hn-Ln)) x 100
dimana:
C = Harga Penutupan pada hari tersebut
Ln = Harga Terendah pada periode n
Hn = Harga Tertinggi pada periode n
n = Periode Pengamatan
Rumus Smoothed Line (%D) dari Stochastic Oscillator
%D = (3dƩ(C-Ln)/3dƩ(Hn-Ln)) x 100
dimana:
3dƩ = Jumlah total dari periode tiga hari
C = Harga Penutupan untuk hari tersebut
Ln = Harga Terendah untuk periode n
Hn = Harga Tertinggi untuk periode n
n = Periode Pengamatan
Dari rumus-rumus di atas, dapat dikatakan bahwa garis %D dihasilkan dengan menghalusikan garis %K dengan periode 3 hari. Stochastic Oscillator dirancang untuk ber-osilasi diantara angka 0 dan 100. Ada dua garis tambahan yang sangat penting yakni gari 20 dan garis 80. Garis 20 adalah batas untuk sinyal jenuh jual dan garis 80 adalah batas untuk sinyal jenuh beli. Jadi secara total, dalam Stochastic Oscillator, kita memiliki empat garis sinyal yakni %K, %D, garis 20, dan garis 80.
Kombinasi dari garis-garis inilah yang menawarkan informasi sehingga kita dapat memutuskan untuk melakukan pembelian atau malah melakukan penjualan. Saya cukupkan untuk pengenalan Stochastic Oscillator dan semoga sudah memahami bagaimana indikator ini terbentuk. Di artikel selanjutnya, kita akan membahasnya lebih mendalam sehingga dapat menggunakannya untuk menghasilkan keuntungan maksimal dari berbisnis saham.
[…] artikel sebelumnya, kita telah membahas mengenai Stochastic Oscillator secara teori (termasuk rumus-rumus yang membentuknya). Kita juga telah mengetahui bahwa Stochastic […]