Sebagai pembaca setia, pasti sudah mengetahui jika MACD (Moving Average Convergence-Divergence) merupakan bagian penting setiap Sekolah Saham melakukan analisa — baik terhadap saham maupun terhadap pasar secara keseluruhan. Hal ini dapat dilihat pada analisa mingguan Bursa Saham Indonesia (BEI).
MACD — tepatnya MACD Histogram — selalu digunakan untuk mendeteksi tren. Mendeteksi tren yang sedang terjadi pada chart — apakah tren naik (Bullish) atau tren turun (Bearish). Seringnya Sekolah Saham menggunakannya untuk mendeteksi tren mingguan. Namun tentu saja, teknik yang sama dapat diterapkan pada jangka waktu (time frame) berapa saja.
Bebas diterapkan pada jangka waktu per menit, per jam, harian, mingguan, bulanan, atau jangka waktu lainnya (sesuai kebutuhan masing-masing). Cara penerapannya sih sama saja. Untuk lebih memahami bagaimana cara menggunakan MACD Histogram ini, mari lihat gambar berikut:
Jadi begini aturan untuk menggunakan MACD Histogram:
- MACD Histogram diatas garis 0=tren naik/Bullish (lingkaran hijau)
- MACD Histogram dibawah garis 0= tren turun/Bearish (lingkaran merah)
- MACD histogram diatas garis 0 + berwarna merah (menurun) = koreksi dalam tren naik/Bullish (lingkaran coklat)
- MACD histogram dibawah garis 0 + berwarna hijau (menaik) = koreksi dalam tren turun (Bearish) (lingkaran biru)
Dengan menggunakan keempat aturan diatas, sudah cukup untuk memahami apa yang diceritakan dari sebuah chart pergerakan harga — pada jangka waktu (time frame) berapapun itu. Tentu yang berkaitan dengan tren. Kita dapat mengetahui sedang dalam tren apa sebuah pergerakan harga saham hanya dengan melihat MACD Histogramnya.
Kita dapat mengetahui apakah sebuah pergerakan harga saham itu sedang dalam tren naik (Bullish), tren turun (Bearish), koreksi dalam tren naik, atau koreksi dalam tren turun. Sekarang tinggal bagaimana kita menerapkannya pada sistem trading kita. Apakah cuma memperhitungkan tren saja atau juga memperhitungkan koreksi yang terjadi.
Untuk tren tentu sudah jelas. Posisi beli saat tren naik (Bullish) dan posisi jual pada saat tren turun (Bearish). Tidak perlu dijelaskan lebih jauh lagi. Nah, menggunakan koreksi ini yang agak tricky. Harus disesuaikan dengan karakteristik bursa sahamnya. Cara bacanya tentu berbeda antara pasar yang mengijinkan short selling dan tidak.
Untuk yang tidak mengijinkan short selling. Koreksi dalam tren naik berarti kesempatan beli dengan asumsi tren naik tidak dipatahkan. Koreksi dalam tren turun berarti kesempatan beli dengan asumsi koreksi akan terus berlanjut hingga menjadi tren naik. Tentu membeli ketika koreksi dalam tren turun bersifat sangat spekulatif.
Untuk yang mengijinkan short selling lebih enak menggunakan koreksi ini. Koreksi dalam tren naik berarti kesempatan memasang posisi beli (long) selama tren naiknya tidak patah (jadi tren turun). Koreksi dalam tren turun berarti kesempatan memasang posisi jual (short) dengan asumsi tren turunnya tidak patah (jadi tren naik).